IBU
JANGAN NANGIS LO YA :3
Ibuku
hanya memiliki satu kaki dan mata. Aku membencinya sungguh memalukan.
Ia menjadi juru masak di rumah tetanggaku dan berjualan kue di
sekolahku, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD,
ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya
dengan penuh kebencian dan melarikan diri. Ibuku terdiam hanya
memandang.
Keesokan harinya di sekolah. ”Ibumu hanya punya
satu kaki dan satu mata. ?!?!” Iieeeeee, jerit seorang temanku. Aku
berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, “Bu, Mengapa Ibu
tidak punya satu kaki dan satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin
membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak
menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan,
lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama
ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama
sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.
Malam itu. Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku
sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun
karenanya. Ia memandangku sejenak, dan kemudian berlalu dengan kaki
pincang. Akibat perkataanku tadi, hatinya tertusuk. Walaupun begitu,
aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu kaki dan matanya.
Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan
menjadi orang yang sukses.
Kemudian aku belajar dengan tekun,
ibuku terus bekerja membelikanku baju, buku sekolah, membayar uang
sekolah. Dan akhirnya aku lulus dan mendapat beasiswa masuk perguruan
tinggi. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Jakarta untuk menuntut ilmu.
Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak.
Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai
tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku.
Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika ibuku datang ke
rumahku. Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Dengan terlihat kepanasan di
wajahnya, berkeringat dan terengah-engah dengan kaki dan mata satunya.
Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari
ketakutan, ngeri melihat bentuk ibuku yang gak karu-karuan. Kataku,
“Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!” ”Berani-beraninya kamu datang ke
sini dan menakuti anak-anakku! !” ”KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!” Ibuku
hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan
ia pun berlalu dengan tongkat kakinya. Untung saja ia tidak
mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi
sangat lega.
Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah
tiba di rumahku di Jakarta. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada
urusan kantor. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk
tua, yang dulu aku sebut rumah.. Hanya ingin tahu saja.
Di
sana, kutemukan ibuku tergeletak dilantai yang dingin. Namun aku tak
meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya.
Sepucuk surat untukku. ”Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang..
Dan aku tidak akan pergi ke Jakarta lagi. Namun apakah berlebihan jika
aku ingin kau menjengukku sekali ? Aku sangat merindukanmu. Dan aku
sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi
kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau. Dan aku minta maaf
karena hanya membuatmu malu dengan keadaan cacat fisiku.
Kau
tahu, ketika kau masih dalam kandungan ibu mengalami kecelakaan ,
ketika ibu masih hamil seseorang telah dengan sengaja menabrak kaki ibu
hingga patah. Tetapi untung kandungan ibu selamat, akhirnya ibu
melahirkan bayi lucu yaitu kamu, tetapi sayang tuhan hanya memberikan
mu satu mata .Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya
dengan mata satu. Maka aku berikan mata satuku kepadamu,. Aku sangat
bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, ditempatku,
dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu. Ketika kau
marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri, “Itu karena ia mencintaiku”
Anakku! Oh, anakku!”
Akupu menangis sekeras dan memeluk ibuku
erat-erat meminta maaf, namun sayang ternyata Ibuku sudah beberapa jam
lalu meninggal dalam kesendiriannya.
Bersyukurlah atas apa
yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh
jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu Anda!
dil
BalasHapus